Jumat, 24 Februari 2017

ekonomi mikro makro, inflasi



MAKALAH
INFLASI
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
 Ekonomi mikro makro
Dosen pengampu : Dharma setyawan, MA.

Disusun oleh :
Yudho Septian                        1502100319

Jurusan                        : syariah
Program studi              : s1 perbankan syariah
Kelas /semester           : f/3

logo

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
JURAI SIWO
 METRO
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada saya sehingga bisa menyusun makalah ini.
saya sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.oleh karena itu,kritik dan saran yang ada relevansinya dengan penyempurnaan makalah ini sangat saya harapkan dari pembaca. Kritik dan saran sekecil apapun akan saya perhatikan dan pertimbangkan guna perbaikan di masa datang.
Pada kesempatan ini saya  mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini mampu memberikan manfaat dan mampu memberikan nilai tambah kepada para pemakainya.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I
A.    Latar Belakang Masalah 1
B.     Rumusan masalah 1
BAB II
A.    Pengertian inflasi 2
B.     Teori inflasi 3
C.     Jenis jenis inflasi 6
D.    Efek yang ditimbulkan oleh inflasi 10
E.     Dampak inflasi 11
F.      Cara mencegah inflasi 12
BAB III
Kesimpulan 14
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang masalah
Saat ini kita seringkali mendengar kata inflasi. Akan tetapi apa benar kita sudah mengetahui apa inflasi itu. Kebanyakan dari kita tidak mengetahuinya. Padahal sangat penting bagi kita untuk mengetahui inflasi. Hal ini disebabkan inflasi tidak bisa dilepaskan dari masalah perekonomian.
Dengan mengetahui secara benar tentang masalah inflasi, tentu saja kita berharap dapat mengatasi atau bahkan mencegahnya. Kita tidak bisa memungkiri akan besarnya kemungkinan dinegara kita akan menghadapi masalah inflasi. Sebagai seorang mahasiswa sudah sepatutnya kita membanntu permasalahan ekonomi yang ada di negara kita khususnya masalah inflasi. Oleh karena itu saya membuat makalah ini karena masalah inflasi saat ini bukanlah masalah yang remeh terutama di masa-masa krisis global seperti yang kita alami sekarang.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu :
1.      Apa pengertian inflasi itu?
2.      Apa saja teori Inflasi?
3.      Apa saja sumber inflasi?
4.      Apa saja efek yang ditimbulkan dari inflasi?
5.      Apa dampak dari inflasi?
6.      Bagaimana cara mencegah inflasi?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa pengertian inflasi itu.
2.      Untuk mengetahui apa saja teori Inflasi.
3.      Untuk mengetahui apa saja sumber inflasi.
4.      Untuk mengetahui apa saja efek yang ditimbulkan dari inflasi.
5.      Untuk mengetahui apa dampak dari inflasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama satu periode tertentu. Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan index harga. Beberapa index harga yang sering digunakan untuk mengkur inflasi antara lain[1]:

a.       Indeks biaya hidup (consumer price index):
 indeks biaya hidup mengukur biaya pengeluaran untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan hidup. Angka penimbangan biasanya didasarkan atas besarnya persentase pengeluaran untuk barang tertentu terhadap pengeluaran secara keseluruhan. Besarnya persentase ini dapat berubah dari tahun ketahun. Oleh karena itu perlu direvisi apabila ternyata terdapat perubahan. Misalnya dengan adanya listrik masuk desa, maka persentase pengeluaran untuk minyak tanah terhadap pengeluaran total menjadi semakin kecil. Dengan perubahan angka penimbangan ini maka indeks harganya pun akan berubah. Laju inflasi dapat dihitung dengan cara menghitung persentase kenaikan atau penurunan indek harga ini dari tahun ke tahun atau bulan ke bulan

b.      Indeks harga perdagangan besar (wholesale price index):
 indeks perdagangan besar menitikberatkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga bahan mentah, bahan baku atau setengah jadi masuk dalam perhitungan indeks harga. Biasanya perubahan indeks harga ini sejalan atau searah dengan indeks biaya hidup.


c.       GNP deflator :
 adalah jenis indeks yang lain. Berbeda dengan dua indeks diatas, dalam cakupan barangnya. GNP deflator mencukp jumlah barang dan jasa yang masuk dalam perhitungan GNP, jadi lebih banyak jumlahnya bila dibanding dengan dua indeks diatas. GNP deflator adalah rata rata harga dari seluruh barang tertimbang dengan kuantitas barang barang tersebut yang betul betul dibeli.

B.     Teori Inflasi
a.       Teori Kuantitas
Teori ini menyoroti hal-hal yang berperan dalam proses inflasi, yaitu jumlah uang yang beredar dan anggapan masyarakat mengenai kenaikan harga-harga. Inti dari teori kuantitas adalah sebagai berikut. Inflasi yang bisa terjadi apabila ada penambahan volume uang yang beredar. Tanpa ada kenaikan jumlah uang yang beredar, gagal panen misalnya hanya akan menaikan harga-harga untuk sementara waktu saja. Penambahan jumlah uang ibarat” bahan bakar” bagi api inflasi. Apabila jumlah uang bertambah, inflasi akan berhenti dengan sendirinnya.
Laju inflasi disebabkan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan anggapan masyarakat mengenai harga-harga. Teori kuantitas ini di kemukankan oleh Irving Fisher. Adapun rumusnya sebagai berikut :
Keterangan :
M = Jumlah uang yang beredar
V = Kecepatan perputaran uang
P = Tingkat harga
T = Banyaknya transaksi

Di setiap transaksi, jumlah yang dibayarkan oleh pembeli sama dengan jumlah uang yang diterima penjual. Hal ini berlaku untuk seluruh perekonomian.Dalam periode tertentu nilai barang dan jasa yang dibeli harus sama dengan nilai barang dan jasa yang dijual.Nilai barang yang dijual sama dengan volume transaksi (T) di kalikan harga rata-rata barang tersebut (P).
b.      Teori Keynes`
Menurut John Maynard Keynes,. Inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Keynes berpendapat, proses inflasi adalah proses perebutan bagian rezeki diantara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar dari yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Oleh keynes proses perebutan ini diterjemahkan menjadi keadaan di mana permintaan masyarakat terhadap barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia. Peristiwa tersebut menimbulkan apa yang disebut celah inflasi atau inflationary gap.
Celah inflasi ini timbul karena golongan-golongan masyarakat berhasil menerjemahkan aspirasi mereka menjadi permintaan yng efektif terhadap barang. Golongan-golongan masyarakat yang dimaksud yaitu pemerintah, pengusaha, dan serikat buruh. Pemerintah berusaha memperoleh bagian lebih besar dari output masyarakat dengan cara mencetak uang baru. Pengusaha melakukan investasi dengan modal yang diperoleh dari kredit bank, serikat buruh atau pekerja memperoleh kenaikan harga. Hal ini terjadi karena permintaan total melebihi jumlah barang yang tersedia, maka harga-harga akan naik. Adanya kenaikan harga-harga ini menunjukan sebagian dari rencana-rencana pembelian barang dari golongan-golongan tersebut bisa dipenuhi.
Proses inflasi akan terus berlangsung selama jumlah pemintaan efektif dari semua golongan masyarakat melebihi jumlah output yang dihasilkan. Namun apabila permintaan efektif total tidak melebihi harg-harga yang berlaku dari jumlah output yang tersedia, maka inflasi akan berhenti.



c.       Teori Strukturalis
Teori ini didasarkan atas pengalaman di Negara-negara amerika latin. Teori ini memberikan perhatian yang besar terhadap struktur perekonomian Negara-negara sedang berkembang. Hal ini disebabkan inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian. Menurut teori ini, ada dua hal penting dalam perekonomian Negara-negara sedang berkembang yang dapat menimbulkan inflasi, yaitu sebagai berikut:
1.      Ketidakjelasan penerimaan ekspor
Nilai ekspor tumbuh secara lamban di bandingkan dengan pertumbuhan sektor-sektor lain. Adapun penyebab kelambanan tersebut adalah :
·         Di pasar dunia harga barang-barang ekspor tersebut semakin memburuk.
·         Produksi barang-barang ekspor tidak responsive terhadap kenaikan harga.
2.      Ketidakelastisan penawaran atau produksi bahan makanan di dalam negeri.
Produksi bahan makanan di dalam negeri tidak tumbuh secepat pertumbuhan penduduk dan pendapatan per kapita. Hal ini menyebabkan harga bahan makanan di dalam negeri cenderung untuk naik, sehingga melebihi tuntutan karyawan untuk mendapatkan kenaikan harga barang-barang lain. Dampak yang ditimbulkan yaitu munculnya tuntutan karyawan untuk mendapatkan kenaikan upah atau gaji. Naiknya upah karyawan menyebabkan kenaikan ongkos produksi. Hal ini berarti akan menaikan harga barang-barang. Kenaikan harga barang-barang tersebut mengakibatkan munculnya kenaikan upah lagi. Adanya kenaikan upah akan diikuti oleh kenaikan harga barang-barang begitu seterusnya. Proses ini akan berhenti apabila harga bahan makanan tidak terus naik. Namun karena faktor strukturalis harga bahan makanan akan terus naik sehingga proses saling dorong mendorong antara upah dan harga tersebut selalu mendapat “umpan” baru dan tidak akan berhenti.



C.    Jenis-jenis Inflasi
1.      Jenis inflasi menurut sifatnya
Inflasi dibagi kedalam tiga kategori, yakni: moderat inflation, inflasi menengah (galloping inflation), dan inflasi tinggi (hyper inflation).
a.       Moderate inflation
Karakteristiknya adalah kenaikan tingkat harga yang lambat. Umumnya disebut sebagai inflansi satu digit. Pada tingkat inflansi seperti ini orang orang masih mau untuk memegang uang dan menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang daripada dalam bentuk asset riil[2];
b.      inflasi menengah (galloping inflation)
inflansi pada tingkat ini terjadi pada tingkatan 20% sampai 200% per tahun. Pada tingkatan inflansi seperti ini orang hanya mau memegang uang seperlunya saja, sedangkan kekayaan disimpan dalam bentuk aset aset rill.orang akan menumpuk barang barang, membeli rumah dan tanah. Pasar uang akan mengalami penyusutan dan pendanaan akan dialokasikan melalui cara cara selain dari tingkat bunga serta orang tidak akan memberikan pinjaman kecuali dengan tingkat bunga yang amat tinggi. Banyak perekonomian yang mengalami tingkatinflansi seperti ini “selamat” walaupun system harganya sangat buruk. Perekonomian seperti ini cenderung mengakibatkan terjadinya gangguan gangguan besar pada perekonomian karena orang orang akan cenderung mengirimkan dananya untuk berinvestasi diluar negri dari pada berinvestasi di dalam negri (capital outflow).
c.       Hyper inflation
Inflansi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi yaitu jutaan sampai trilyunan persen per tahun. Walaupin sepertinya banyak pemerintah yang perekonomiannya dapat bertahan menghadapi inflansi menengah akan tetapi tidak pernah ada pemerintah yang dapat bertahan menghadapi inflansi jenis ketiga yang amat “mematikan” ini.

·         Demand Inflation, karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat
·         Cost Inflation, karena kenaikan biaya produksi
a.       Inflasi permintaan (Demand Inflasi)
            yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang bertambah terlalu kuat akibat tingkat harga umum naik (misalnya karena bertambahnya pengeluaran perusahaan). Dengan menggunakan kurva permintaan dan penawaran total proses terjadinya demand-pull inflation dapat dijelaskan sebagai berikut :
Demand Pull Inflation (Boediono, 1995)
Bermula dengan harga P1 dan output Q1, kenaikan permintaan total dari AD1 ke AD2 menyebabkan ada sebagian permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh penawaran yang ada. Akibatnya, harga naik menjadi P2 dan output naik menjadi QFE. Kenaikan AD2 selanjutnya menjadi AD3 menyebabkan harga naik menjadi P3, sedang output tetap pada QFE. Kenaikan harga ini disebabkan oleh adanya inflationary gap. Proses kenaikan harga ini akan berjalan terus sepanjang permintaan total terus naik (misalnya menjadi AD4).
b.      Inflasi biaya (cost-Push inflation)
            Inflasi jenis ini timbul karena kenaikan ongkos produksi atau inflansi yang disebabkan karena peningkatan harga akibat naiknya biaya-biaya[3]. Inflasi ini dikenal dengan istilah cost-push inflation atau supply inflation. Untuk lebih jelasnya simak baik-baik kurva di atas. Apabila ongkos produksi ini misalnya disebabkan kenaikan harga alat-alat produksi yang didatangkan dari luar negeri atau kenaikan bahan mentah maupun bahan baku. Gambar berikut menjelaskan proses terjadinya cost-push inflation.
Cost Push Inflation (Boediono, 1995)

Bermula pada harga P1 dan QFE. Kenaikan biaya produksi (disebabkan baik karena berhasilnya tuntutan kenaikan upah oleh serikat buruh ataupun kenaikan harga bahan baku untuk industri) akan menggeser kurva penawaran total dari AS1 menjadi AS2. konsekuensinya harga naik menjadi P2 dan produksi turun menjadi Q1. Kenaikan harga selanjutnya akan menggeser kurva AS menjadi AS3, harga naik dan produksi turun menjadi Q2.
Proses ini akan berhenti apabila AS tidak lagi bergeser ke atas. Proses kenaikan harga ini (yang sering dibarengi dengan turunnya produksi) disebut dengan cost-push inflation
c.       inflasi campuran
Kedua mmacam inflasi yang telah dijelaskan di atas jarang sekali di jumpai dalam praktik sehari-hari. Pada umumnya, inflasi yang terjadi di berbagai negara merupakan campuran dari kedua macam inflasi tersebut. Inflasi campuran merupakan campuran antara inflasi permintaan (demand-pull inflation) dan inflasi biaya (cost-push inflation).
3.      Berdasar asal dari inflasi
a.  Domestic Inflation, Inflasi yang berasal dari dalam negeri
Domestic Inflation (inflasi domestik) adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestik). Kenaikan harga disebabkan karena adanya perilaku masyarakat maupun perilaku pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan. Kenaikan harga-harga tejadi secara absolut yang berdampak terjadinya inflasi atau semakin meningkatnya angka (laju) inflasi.

b.      Imported Inflation, Inflasi yang berasal dari luar negeri
Imported Inflation adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan harga dari luar negeri. Kenaikan harga di dalam negeri terjadi karena dipengaruhi oleh kenaikan harga dari luar negeri terutama barang-barang impor atau kenaikan bahan baku industri yang masih belum dapat diproduksi di dalam negeri. Kenaikan Indeks Harga Luar Negeri (IHLN) akan mengakibatkan kenaikan pada Indeks Harga Umum (IHU) dan Indeks Harga Dalam Negeri (IHDN) yang secara otomatis ikut mempengaruhi laju pertumbuhan inflasi di dalam negeri.
Penyebab Inflasi, dapat dibagi menjadi :
1. Demand Side Inflation, yaitu disebabkan oleh kenaikan permintaan agregat yang melebihi kenaikan penawaran agregat.
2. Supply Side Inflation, yaitu disebabkan oleh kenaikan penawaran agregat yang melebihi permintaan agregat.
3. Demand Supply Inflation, yaiti inflasi yang disebabkan oleh kombinasi antara kenaikan permintaan agregat yang kemudian diikuti oleh kenaikan penawaran agregat,sehingga harga menjadi meningkat lebih tinggi.
4. Supressed Inflation atau Inflasi yang ditutup-tutupi, yaitu inflasi yang pada suatu waktu akan timbul dan menunjukkan dirinya karena harga-harga resmi semakin tidak relevan dalam kenyataan.
D.    Efek Yang Ditimbulkan Dari Inflasi
1.      Efek terhadap pendapatan (Equity Effect)
            Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang di untungkan dengan adanya Inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp. 500.000,00 per tahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita kerugian penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp.50.000,00
2.      Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effect)
            Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.
3.      Efek terhadap Output (Output Effect)
            Dalam menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency Effect) digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut.
4.      Inflasi dan Perkembangan Ekonomi.
            Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Antara lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta-harta tetap setiap tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan investasi yang bersifat seperti ini, investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan terwujud.
5.      Inflasi dan Kemakmuran masyarakat.
            Disamping menimbulkan efek buruk di atas kegiatan ekonomi Negara, inflasi juga akan menimbulkan efek-efek berikut kepada individu masyarakat :
a)      Inflasi akan menimbulkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.
b)      Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
c)      Memperburuk pembagian kekayaan.
E.     Dampak Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung pada parah atau tidaknya tingkat inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya dalam masa inflasi yang parah yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiper inflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti karyawan swasta serta kaum buruh akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka semakin merosot dan terpuruk dari waktu kewaktu.[4]
Bagi orang meminjam uang kepada bank (debitur), inflasi menguntungkan karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya kreditur atau pihak yang meminjamkan akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah dibanding pada saat peminjaman.
Bagi produsen inflasi dapat menguntungkaan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi dari kenaikan biaya produksi. Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi dapat merugikan  produsen. Secara umum inflasi dapat mengkibatkan berkurangnya investasi disuatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan  merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahtraan masyarakat.
F.     Cara Mencegah Inflasi
1.      Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Yaitu ;
Kebijakan moneter kuantitatif, yang meliputi:
a.       Poltik Pasar Terbuka
BI mengendalikan jumlah uang beredar dengan cara jual beli surat-surat berharga. BI mempunyai instrumen yaitu Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Apabila jumlah uang beredar dalam masyarakat terlalu besar, maka BI dapat menjual SBI kepada masyarakat (bank-bank umum). Apabila bank umum membeli SBI artinya ada uang yang tersedot ke pemerintah (BI), yang berarti jumlah uang beredar berkurang.
Apabila pemerintah menghendaki menurunnya jumlah uang yang beredar, pemerintah harus menjual surat obligasi dipasar bebas. Tindakan ini disebut “open market selling”. Sebaliknya apabila pemerintah menghendaki bertambahnya jumlah uang yang beredar, maka pemerintah dalam hal ini bank sentral perlu melakukan “open market buying”, yakni membeli kembali obligasi dari masyarakat.
b.      Politk Diskonto dan bunga pinjaman
BI dapat membeli surat-surat berharga bank-bank umum yang tingkat likuiditasnya tinggi, dengan tingkat diskonto yang telah ditetapkan oleh BI. BI juga bisa memberikan pinjaman kepada bank-bank umum, yang artinya terjadi penambahan jumlah uang beredar. BI dapat juga menaikkan bunga pinjaman kepada bank-bank umum, maka bank umum akan mengurangi jumlah pinjamannya dari bank Indonesia.
Apabila bank sentral menaikan tingkat diskontonya (yaitu tingkat bunga yang dikenakanpada bank umum atas pinjaman dana yang diberikan), maka jumlah uang yang beredar cenderung berkurang. Sebaliknya, bila pemerintah menghendaki jumlah uang beredar bertambah, suku diskonto bank sentral perlu diturunkan.
c.       Politik merubah cadangan minimal bank-bank umum pada BI
Setiap bank umum wajib mempunyai cadangan di BI dan jumlahnya ditetapkan oleh BI. Istilahnya adalah reserve requirement. Apabila Bank Indonesia menaikkan tingkat cadangan minimal bank-bank umum, katakanlah dari 10% menjadi 15%, maka hal ini akan mengurangi jumlah uang beredar, karena semakin besarnya modal bank-bank umum yang harus disimpan di BI.
Bank sentral umumnya menetukan angka banding minimum antara ung tunai dengan kewajiban giral bank. Angka banding mana disebut “minimum cash ratio”.
Bila pemerintah menurunkan minimum cash ratio, maka dengan uang tunai yang samabank dapat menciptakan uang denganjumlah yang lebih banyak dari sebelumnya. Sebaliknya bila dikehendaki berkurangnya jumlah uang yang beredar, pemerintah dapat menaikan cash ratio bank.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun simpulan dari penjelasan mengenai Inflasi tersebut di atas adalah :
1. inflasi merupakan suatu gejala dimana banyak terjadi kenaikan harga barang yang terjadi secara sengaja ataupun secara alami yang terjadi tidak hanya di suatu tempat, melainkan diseluruh penjuru suatu negara bahkan dunia
2. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Inflasi yaitu: Jumlah uang beredar, defisit anggaran belanja pemerintah
3. Efek yang ditimbulkan dari Inflasi yaitu: 1 Efek terhadap pendapatan (Equity    Effect), 2  Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effect), 3  Efek terhadap Output (Output Effect), 4  Inflasi dan Perkembanngan Ekonomi, 5  Inflasi dan Kemakmuran masyarakat.
4. Cara mencegah Inflasi yaitu dengan cara Kebijakan moneter.
5. Cara mengatasi Inflasi
            Untuk mengatasi terjadinya Inflasi, bisa dilakukan kebijakan uang ketat meliputi :
a.       Peningkatan tingkat suku bunga.
b.      Penjualan surat berharga.
c.       Peningkatan cadangan Kas.
d.      Pengetatan pemberian kredit.

DAFTAR PUSTAKA

            Nopirin. 1987. Ekonomi Moneter Buku 2, Yogyakarta : BPFE.
            Adiwarman, A.Karim. 2010. Ekonomi Makro Islami buku 2, Jakarta : Rajawali pers.
            Huda nurul. 2008. Ekonomi makro islam, Jakarta; kencana.
            Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE.
Amri, Amir. 2007. Pengaruh inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran di Indonesia. Jurnal Inflasi dan Pengangguran Vol. 1 no. 1.
Atmadja, Adwin. 1999. Inflasi di Indonesia sumber-sumber dan penyebab dan pengendaliannya. Jurnal Akuntansi danKeuangan Vol 1, No 1. 54-67
Perlambang,Heru. 2010. Analisis Pengaruh Jumlah uang beredar, suku bunga SBI, nilai tukar terhadap tingkat inflasi. Univ Trisakti, Media Ekonomi Vol. 19 No 2.



[1] Nopirin, 1987, Ekonomi Moneter Buku 2, Yogyakarta : BPFE Yogyakarta, hlm. 25- 26 
[2]Karim adiwarman,  2010,  Ekonomi makro islami buku 2, Jakarta; rajawali pers, hlm 138
[3] Huda nurul, 2008, Ekonomi makro islam, Jakarta; kencana, hal  178
[4] Atmadja, Adwin. Inflasi di Indonesia sumber-sumber dan penyebab dan pengendaliannya. Jurnal Akuntansi danKeuangan Vol 1, No 1(1999),hal; 54-67

Tidak ada komentar:

Posting Komentar