MAKALAH
INFLASI
Makalah Ini Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ekonomi mikro makro
Dosen pengampu : Dharma setyawan, MA.
Disusun oleh :
Yudho Septian 1502100319
Jurusan :
syariah
Program studi : s1
perbankan syariah
Kelas /semester : f/3
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI (STAIN)
JURAI SIWO
METRO
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada saya sehingga bisa menyusun makalah ini.
saya sebagai penyusun
makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna.oleh karena itu,kritik dan saran yang ada relevansinya dengan penyempurnaan
makalah ini sangat saya harapkan dari pembaca. Kritik dan saran sekecil apapun
akan saya perhatikan dan pertimbangkan guna perbaikan di masa datang.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan
banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini. Semoga makalah ini mampu memberikan manfaat dan mampu memberikan
nilai tambah kepada para pemakainya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Rumusan masalah
1
BAB
II
A. Pengertian
inflasi
2
B. Teori inflasi
3
C. Jenis jenis
inflasi
6
D. Efek yang
ditimbulkan oleh inflasi
10
E. Dampak inflasi
11
F. Cara mencegah
inflasi
12
BAB
III
Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Saat ini kita seringkali mendengar kata
inflasi. Akan tetapi apa benar kita sudah mengetahui apa inflasi itu. Kebanyakan
dari kita tidak mengetahuinya. Padahal sangat penting bagi kita untuk
mengetahui inflasi. Hal ini disebabkan inflasi tidak bisa dilepaskan dari
masalah perekonomian.
Dengan mengetahui secara benar tentang
masalah inflasi, tentu saja kita berharap dapat mengatasi atau bahkan
mencegahnya. Kita tidak bisa memungkiri akan besarnya kemungkinan dinegara kita
akan menghadapi masalah inflasi. Sebagai seorang mahasiswa sudah sepatutnya
kita membanntu permasalahan ekonomi yang ada di negara kita khususnya masalah
inflasi. Oleh karena itu saya membuat makalah ini karena masalah inflasi saat
ini bukanlah masalah yang remeh terutama di masa-masa krisis global seperti
yang kita alami sekarang.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu :
1. Apa pengertian inflasi itu?
2. Apa saja teori Inflasi?
3. Apa saja sumber inflasi?
4. Apa saja efek yang ditimbulkan dari inflasi?
5. Apa dampak dari inflasi?
6. Bagaimana cara mencegah inflasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian inflasi itu.
2. Untuk mengetahui apa saja teori Inflasi.
3. Untuk mengetahui apa saja sumber inflasi.
4. Untuk mengetahui apa saja efek yang ditimbulkan dari
inflasi.
5. Untuk mengetahui apa dampak dari inflasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga
umum barang-barang secara terus menerus selama satu periode tertentu. Kenaikan
harga ini diukur dengan menggunakan index harga. Beberapa index harga yang
sering digunakan untuk mengkur inflasi antara lain[1]:
a. Indeks biaya hidup (consumer
price index):
indeks biaya hidup mengukur biaya
pengeluaran untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah
tangga untuk keperluan hidup. Angka penimbangan biasanya didasarkan atas
besarnya persentase pengeluaran untuk barang tertentu terhadap pengeluaran
secara keseluruhan. Besarnya persentase ini dapat berubah dari tahun ketahun.
Oleh karena itu perlu direvisi apabila ternyata terdapat perubahan. Misalnya
dengan adanya listrik masuk desa, maka persentase pengeluaran untuk minyak
tanah terhadap pengeluaran total menjadi semakin kecil. Dengan perubahan angka
penimbangan ini maka indeks harganya pun akan berubah. Laju inflasi dapat
dihitung dengan cara menghitung persentase kenaikan atau penurunan indek harga
ini dari tahun ke tahun atau bulan ke bulan
b.
Indeks harga perdagangan besar (wholesale price
index):
indeks perdagangan besar menitikberatkan pada
sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti harga bahan mentah,
bahan baku atau setengah jadi masuk dalam perhitungan indeks harga. Biasanya
perubahan indeks harga ini sejalan atau searah dengan indeks biaya hidup.
c.
GNP deflator :
adalah
jenis indeks yang lain. Berbeda dengan dua indeks diatas, dalam cakupan
barangnya. GNP deflator mencukp jumlah barang dan jasa yang masuk dalam
perhitungan GNP, jadi lebih banyak jumlahnya bila dibanding dengan dua indeks
diatas. GNP deflator adalah rata rata harga dari seluruh barang tertimbang
dengan kuantitas barang barang tersebut yang betul betul dibeli.
B. Teori Inflasi
a. Teori Kuantitas
Teori ini menyoroti hal-hal yang berperan dalam proses
inflasi, yaitu jumlah uang yang beredar dan anggapan masyarakat mengenai
kenaikan harga-harga. Inti dari teori kuantitas adalah sebagai berikut. Inflasi
yang bisa terjadi apabila ada penambahan volume uang yang beredar. Tanpa ada
kenaikan jumlah uang yang beredar, gagal panen misalnya hanya akan menaikan
harga-harga untuk sementara waktu saja. Penambahan jumlah uang ibarat” bahan
bakar” bagi api inflasi. Apabila jumlah uang bertambah, inflasi akan berhenti
dengan sendirinnya.
Laju inflasi disebabkan oleh laju pertambahan jumlah uang
beredar dan anggapan masyarakat mengenai harga-harga. Teori kuantitas ini di
kemukankan oleh Irving Fisher. Adapun rumusnya sebagai berikut :
Keterangan :
M = Jumlah uang yang beredar
V = Kecepatan perputaran uang
P = Tingkat harga
T = Banyaknya transaksi
Di setiap transaksi, jumlah yang
dibayarkan oleh pembeli sama dengan jumlah uang yang diterima penjual. Hal ini
berlaku untuk seluruh perekonomian.Dalam periode tertentu nilai barang dan jasa
yang dibeli harus sama dengan nilai barang dan jasa yang dijual.Nilai barang
yang dijual sama dengan volume transaksi (T) di kalikan harga rata-rata barang
tersebut (P).
b.
Teori Keynes`
Menurut John Maynard Keynes,. Inflasi
terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya.
Keynes berpendapat, proses inflasi adalah proses perebutan bagian rezeki
diantara kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar
dari yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Oleh keynes proses
perebutan ini diterjemahkan menjadi keadaan di mana permintaan masyarakat
terhadap barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia. Peristiwa
tersebut menimbulkan apa yang disebut celah inflasi atau inflationary gap.
Celah inflasi ini timbul karena
golongan-golongan masyarakat berhasil menerjemahkan aspirasi mereka menjadi
permintaan yng efektif terhadap barang. Golongan-golongan masyarakat yang
dimaksud yaitu pemerintah, pengusaha, dan serikat buruh. Pemerintah berusaha
memperoleh bagian lebih besar dari output masyarakat dengan cara mencetak uang
baru. Pengusaha melakukan investasi dengan modal yang diperoleh dari kredit
bank, serikat buruh atau pekerja memperoleh kenaikan harga. Hal ini terjadi
karena permintaan total melebihi jumlah barang yang tersedia, maka harga-harga
akan naik. Adanya kenaikan harga-harga ini menunjukan sebagian dari
rencana-rencana pembelian barang dari golongan-golongan tersebut bisa dipenuhi.
Proses inflasi akan terus berlangsung
selama jumlah pemintaan efektif dari semua golongan masyarakat melebihi jumlah
output yang dihasilkan. Namun apabila permintaan efektif total tidak melebihi
harg-harga yang berlaku dari jumlah output yang tersedia, maka inflasi akan
berhenti.
c. Teori Strukturalis
Teori ini didasarkan atas pengalaman di
Negara-negara amerika latin. Teori ini memberikan perhatian yang besar terhadap
struktur perekonomian Negara-negara sedang berkembang. Hal ini disebabkan
inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian. Menurut
teori ini, ada dua hal penting dalam perekonomian Negara-negara sedang
berkembang yang dapat menimbulkan inflasi, yaitu sebagai berikut:
1. Ketidakjelasan penerimaan ekspor
Nilai ekspor tumbuh secara lamban di
bandingkan dengan pertumbuhan sektor-sektor lain. Adapun penyebab kelambanan
tersebut adalah :
·
Di pasar dunia
harga barang-barang ekspor tersebut semakin memburuk.
·
Produksi
barang-barang ekspor tidak responsive terhadap kenaikan harga.
2. Ketidakelastisan penawaran atau produksi bahan makanan di
dalam negeri.
Produksi bahan makanan di dalam negeri
tidak tumbuh secepat pertumbuhan penduduk dan pendapatan per kapita. Hal ini
menyebabkan harga bahan makanan di dalam negeri cenderung untuk naik, sehingga
melebihi tuntutan karyawan untuk mendapatkan kenaikan harga barang-barang lain.
Dampak yang ditimbulkan yaitu munculnya tuntutan karyawan untuk mendapatkan
kenaikan upah atau gaji. Naiknya upah karyawan menyebabkan kenaikan ongkos
produksi. Hal ini berarti akan menaikan harga barang-barang. Kenaikan harga
barang-barang tersebut mengakibatkan munculnya kenaikan upah lagi. Adanya
kenaikan upah akan diikuti oleh kenaikan harga barang-barang begitu seterusnya.
Proses ini akan berhenti apabila harga bahan makanan tidak terus naik. Namun
karena faktor strukturalis harga bahan makanan akan terus naik sehingga proses
saling dorong mendorong antara upah dan harga tersebut selalu mendapat “umpan”
baru dan tidak akan berhenti.
C.
Jenis-jenis Inflasi
1.
Jenis inflasi menurut
sifatnya
Inflasi dibagi kedalam tiga kategori,
yakni: moderat inflation, inflasi menengah (galloping inflation), dan
inflasi tinggi (hyper inflation).
a.
Moderate inflation
Karakteristiknya adalah
kenaikan tingkat harga yang lambat. Umumnya disebut sebagai inflansi satu
digit. Pada tingkat inflansi seperti ini orang orang masih mau untuk memegang
uang dan menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang daripada dalam bentuk asset
riil[2];
b.
inflasi menengah (galloping inflation)
inflansi
pada tingkat ini terjadi pada tingkatan 20% sampai 200% per tahun. Pada
tingkatan inflansi seperti ini orang hanya mau memegang uang seperlunya saja,
sedangkan kekayaan disimpan dalam bentuk aset aset rill.orang akan menumpuk
barang barang, membeli rumah dan tanah. Pasar uang akan mengalami penyusutan
dan pendanaan akan dialokasikan melalui cara cara selain dari tingkat bunga serta
orang tidak akan memberikan pinjaman kecuali dengan tingkat bunga yang amat
tinggi. Banyak perekonomian yang mengalami tingkatinflansi seperti ini
“selamat” walaupun system harganya sangat buruk. Perekonomian seperti ini
cenderung mengakibatkan terjadinya gangguan gangguan besar pada perekonomian
karena orang orang akan cenderung mengirimkan dananya untuk berinvestasi diluar
negri dari pada berinvestasi di dalam negri (capital outflow).
c.
Hyper inflation
Inflansi
jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi yaitu jutaan sampai
trilyunan persen per tahun. Walaupin sepertinya banyak pemerintah yang
perekonomiannya dapat bertahan menghadapi inflansi menengah akan tetapi tidak
pernah ada pemerintah yang dapat bertahan menghadapi inflansi jenis ketiga yang
amat “mematikan” ini.
·
Demand Inflation, karena permintaan masyarakat akan berbagai
barang terlalu kuat
·
Cost Inflation, karena kenaikan biaya produksi
a.
Inflasi permintaan (Demand Inflasi)
yang
timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang bertambah terlalu kuat
akibat tingkat harga umum naik (misalnya karena bertambahnya pengeluaran
perusahaan). Dengan menggunakan kurva permintaan dan penawaran total proses
terjadinya demand-pull inflation dapat dijelaskan sebagai berikut :
Bermula dengan harga P1 dan output
Q1, kenaikan permintaan total dari AD1 ke AD2 menyebabkan ada sebagian
permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh penawaran yang ada. Akibatnya, harga naik
menjadi P2 dan output naik menjadi QFE. Kenaikan AD2 selanjutnya menjadi AD3
menyebabkan harga naik menjadi P3, sedang output tetap pada QFE. Kenaikan harga
ini disebabkan oleh adanya inflationary gap. Proses kenaikan harga ini akan
berjalan terus sepanjang permintaan total terus naik (misalnya menjadi AD4).
b.
Inflasi biaya (cost-Push inflation)
Inflasi
jenis ini timbul karena kenaikan ongkos produksi atau inflansi yang disebabkan
karena peningkatan harga akibat naiknya biaya-biaya[3].
Inflasi ini dikenal dengan istilah cost-push inflation atau supply inflation.
Untuk lebih jelasnya simak baik-baik kurva di atas. Apabila ongkos produksi ini
misalnya disebabkan kenaikan harga alat-alat produksi yang didatangkan dari
luar negeri atau kenaikan bahan mentah maupun bahan baku. Gambar berikut
menjelaskan proses terjadinya cost-push inflation.
Bermula pada harga P1 dan QFE.
Kenaikan biaya produksi (disebabkan baik karena berhasilnya tuntutan kenaikan upah
oleh serikat buruh ataupun kenaikan harga bahan baku untuk industri) akan
menggeser kurva penawaran total dari AS1 menjadi AS2. konsekuensinya harga naik
menjadi P2 dan produksi turun menjadi Q1. Kenaikan harga selanjutnya akan
menggeser kurva AS menjadi AS3, harga naik dan produksi turun menjadi Q2.
Proses ini akan berhenti apabila AS
tidak lagi bergeser ke atas. Proses kenaikan harga ini (yang sering dibarengi
dengan turunnya produksi) disebut dengan cost-push inflation
c.
inflasi campuran
Kedua mmacam inflasi yang telah dijelaskan di atas jarang
sekali di jumpai dalam praktik sehari-hari. Pada umumnya, inflasi yang terjadi
di berbagai negara merupakan campuran dari kedua macam inflasi tersebut.
Inflasi campuran merupakan campuran antara inflasi permintaan (demand-pull
inflation) dan inflasi biaya (cost-push inflation).
3. Berdasar asal dari inflasi
a. Domestic Inflation, Inflasi yang
berasal dari dalam negeri
Domestic Inflation (inflasi domestik) adalah inflasi yang berasal dari dalam
negeri (domestik). Kenaikan harga disebabkan karena adanya perilaku masyarakat
maupun perilaku pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan. Kenaikan
harga-harga tejadi secara absolut yang berdampak terjadinya inflasi atau
semakin meningkatnya angka (laju) inflasi.
b. Imported Inflation, Inflasi yang
berasal dari luar negeri
Imported Inflation adalah inflasi yang terjadi di dalam negeri karena adanya
pengaruh kenaikan harga dari luar negeri. Kenaikan harga di dalam negeri
terjadi karena dipengaruhi oleh kenaikan harga dari luar negeri terutama
barang-barang impor atau kenaikan bahan baku industri yang masih belum dapat
diproduksi di dalam negeri. Kenaikan Indeks Harga Luar Negeri (IHLN) akan
mengakibatkan kenaikan pada Indeks Harga Umum (IHU) dan Indeks Harga Dalam
Negeri (IHDN) yang secara otomatis ikut mempengaruhi laju pertumbuhan inflasi
di dalam negeri.
Penyebab Inflasi, dapat dibagi
menjadi :
1. Demand Side
Inflation, yaitu disebabkan oleh kenaikan permintaan agregat yang
melebihi kenaikan penawaran agregat.
2. Supply Side
Inflation, yaitu disebabkan oleh kenaikan penawaran agregat yang
melebihi permintaan agregat.
3. Demand
Supply Inflation, yaiti inflasi yang disebabkan oleh kombinasi antara
kenaikan permintaan agregat yang kemudian diikuti oleh kenaikan penawaran
agregat,sehingga harga menjadi meningkat lebih tinggi.
4. Supressed
Inflation atau Inflasi yang ditutup-tutupi, yaitu inflasi yang pada
suatu waktu akan timbul dan menunjukkan dirinya karena harga-harga resmi
semakin tidak relevan dalam kenyataan.
D.
Efek Yang Ditimbulkan Dari Inflasi
1. Efek terhadap pendapatan (Equity
Effect)
Efek
terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula
yang di untungkan dengan adanya Inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan
tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh
pendapatan tetap Rp. 500.000,00 per tahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan
menderita kerugian penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut,
yakni Rp.50.000,00
2. Efek terhadap efisiensi (Efficiency
Effect)
Inflasi
dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat
terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian
dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu
sehingga mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.
3. Efek terhadap Output (Output Effect)
Dalam
menganalisa kedua efek diatas (Equity dan Efficiency Effect) digunakan suatu
anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan supaya dapat diketahui efek
inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output
tertentu tersebut.
4. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi.
Inflasi
yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakan perkembangan ekonomi. Biaya yang
terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan.
Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan
spekulasi. Antara lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta-harta tetap
setiap tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan
kegiatan investasi yang bersifat seperti ini, investasi produktif akan
berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak
pengangguran akan terwujud.
5. Inflasi dan Kemakmuran masyarakat.
Disamping
menimbulkan efek buruk di atas kegiatan ekonomi Negara, inflasi juga akan
menimbulkan efek-efek berikut kepada individu masyarakat :
a)
Inflasi akan menimbulkan pendapatan riil orang-orang yang
berpendapatan tetap.
b)
Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
c)
Memperburuk pembagian kekayaan.
E. Dampak Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif
tergantung pada parah atau tidaknya tingkat inflasi. Apabila inflasi itu
ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong
perekonomian lebih baik yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat
orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya
dalam masa inflasi yang parah yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali
(hiper inflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan
lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, investasi dan produksi
karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti
karyawan swasta serta kaum buruh akan kewalahan menanggung dan mengimbangi
harga sehingga hidup mereka semakin merosot dan terpuruk dari waktu kewaktu.[4]
Bagi orang meminjam uang kepada bank
(debitur), inflasi menguntungkan karena pada saat pembayaran utang kepada
kreditur nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya
kreditur atau pihak yang meminjamkan akan mengalami kerugian karena nilai uang
pengembalian lebih rendah dibanding pada saat peminjaman.
Bagi produsen inflasi dapat menguntungkaan bila pendapatan
yang diperoleh lebih tinggi dari kenaikan biaya produksi. Namun, bila
inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi dapat merugikan produsen. Secara umum inflasi dapat
mengkibatkan berkurangnya investasi disuatu negara, mendorong kenaikan suku
bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan
pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran,
dan merosotnya tingkat kehidupan dan
kesejahtraan masyarakat.
F.
Cara Mencegah Inflasi
1.
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia. Yaitu ;
Kebijakan moneter kuantitatif, yang
meliputi:
a. Poltik Pasar Terbuka
BI mengendalikan jumlah uang beredar dengan cara jual
beli surat-surat berharga. BI mempunyai instrumen yaitu Sertifikat Bank Indonesia
(SBI). Apabila jumlah uang beredar dalam masyarakat terlalu besar, maka BI
dapat menjual SBI kepada masyarakat (bank-bank umum). Apabila bank umum membeli
SBI artinya ada uang yang tersedot ke pemerintah (BI), yang berarti jumlah uang
beredar berkurang.
Apabila pemerintah menghendaki menurunnya jumlah uang
yang beredar, pemerintah harus menjual surat obligasi dipasar bebas. Tindakan
ini disebut “open market selling”. Sebaliknya apabila pemerintah menghendaki
bertambahnya jumlah uang yang beredar, maka pemerintah dalam hal ini bank
sentral perlu melakukan “open market buying”, yakni membeli kembali obligasi
dari masyarakat.
b. Politk Diskonto dan bunga pinjaman
BI dapat membeli surat-surat berharga bank-bank umum yang
tingkat likuiditasnya tinggi, dengan tingkat diskonto yang telah ditetapkan
oleh BI. BI juga bisa memberikan pinjaman kepada bank-bank umum, yang artinya
terjadi penambahan jumlah uang beredar. BI dapat juga menaikkan bunga pinjaman
kepada bank-bank umum, maka bank umum akan mengurangi jumlah pinjamannya dari
bank Indonesia.
Apabila bank sentral menaikan tingkat diskontonya (yaitu
tingkat bunga yang dikenakanpada bank umum atas pinjaman dana yang diberikan),
maka jumlah uang yang beredar cenderung berkurang. Sebaliknya, bila pemerintah
menghendaki jumlah uang beredar bertambah, suku diskonto bank sentral perlu
diturunkan.
c. Politik merubah cadangan minimal bank-bank umum pada BI
Setiap bank umum wajib mempunyai
cadangan di BI dan jumlahnya ditetapkan oleh BI. Istilahnya adalah reserve
requirement. Apabila Bank Indonesia menaikkan tingkat cadangan minimal
bank-bank umum, katakanlah dari 10% menjadi 15%, maka hal ini akan mengurangi
jumlah uang beredar, karena semakin besarnya modal bank-bank umum yang harus disimpan
di BI.
Bank sentral umumnya menetukan angka banding minimum
antara ung tunai dengan kewajiban giral bank. Angka banding mana disebut
“minimum cash ratio”.
Bila pemerintah menurunkan minimum cash ratio, maka
dengan uang tunai yang samabank dapat menciptakan uang denganjumlah yang lebih
banyak dari sebelumnya. Sebaliknya bila dikehendaki berkurangnya jumlah uang
yang beredar, pemerintah dapat menaikan cash ratio bank.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun simpulan dari penjelasan mengenai Inflasi tersebut di
atas adalah :
1. inflasi merupakan suatu
gejala dimana banyak terjadi kenaikan harga barang yang terjadi secara sengaja
ataupun secara alami yang terjadi tidak hanya di suatu tempat, melainkan
diseluruh penjuru suatu negara bahkan dunia
2. Faktor-faktor Penyebab
Timbulnya Inflasi yaitu: Jumlah
uang beredar, defisit anggaran belanja pemerintah
3. Efek yang ditimbulkan
dari Inflasi yaitu: 1 Efek
terhadap pendapatan (Equity
Effect), 2 Efek terhadap efisiensi (Efficiency Effect), 3 Efek
terhadap Output (Output Effect), 4 Inflasi dan
Perkembanngan Ekonomi, 5 Inflasi dan Kemakmuran masyarakat.
4. Cara mencegah Inflasi
yaitu dengan cara Kebijakan
moneter.
5. Cara mengatasi Inflasi
Untuk mengatasi terjadinya Inflasi, bisa dilakukan
kebijakan uang ketat meliputi :
a. Peningkatan
tingkat suku bunga.
b. Penjualan
surat berharga.
c. Peningkatan
cadangan Kas.
d. Pengetatan
pemberian kredit.
DAFTAR PUSTAKA
Nopirin. 1987. Ekonomi Moneter Buku 2, Yogyakarta
: BPFE.
Adiwarman, A.Karim. 2010. Ekonomi Makro Islami buku 2,
Jakarta : Rajawali pers.
Huda nurul. 2008.
Ekonomi makro islam, Jakarta; kencana.
Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi.
Yogyakarta: BPFE.
Amri,
Amir. 2007. Pengaruh inflasi dan pertumbuhan
ekonomi terhadap pengangguran di Indonesia. Jurnal Inflasi dan
Pengangguran Vol. 1 no. 1.
Atmadja,
Adwin. 1999. Inflasi di Indonesia
sumber-sumber dan penyebab dan pengendaliannya. Jurnal Akuntansi
danKeuangan Vol 1, No 1. 54-67
Perlambang,Heru.
2010. Analisis Pengaruh Jumlah uang
beredar, suku bunga SBI, nilai tukar terhadap tingkat inflasi. Univ
Trisakti, Media Ekonomi Vol. 19 No 2.
[1] Nopirin, 1987, Ekonomi
Moneter Buku 2, Yogyakarta : BPFE Yogyakarta, hlm. 25- 26
[2]Karim adiwarman, 2010, Ekonomi makro islami buku 2, Jakarta;
rajawali pers, hlm 138
[4] Atmadja,
Adwin. Inflasi di Indonesia sumber-sumber
dan penyebab dan pengendaliannya. Jurnal Akuntansi danKeuangan Vol 1, No 1(1999),hal;
54-67
Tidak ada komentar:
Posting Komentar